Dosen FPIK UB, Andi Kurniawanm mendapat penghargaan dalam ajang Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2023. |
PEWARTA JATIM, PENDIDIKAN - Andi Kurniawan, dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya (UB), menghadirkan solusi inovatif untuk mengatasi kelangkaan garam di Indonesia.
Ia mengembangkan metode "Greenhouse Salt Tunnel" dengan "Continuously Dynamic Mixing" yang terbukti meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi ketergantungan pada cuaca.
Metode tradisional terbatas musim
Metode produksi garam rakyat yang masih menggunakan evaporasi (penguapan air laut) memiliki keterbatasan besar.
"Produksi garam berhenti saat musim hujan karena intensitas sinar matahari rendah," terang Andi, yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Internasionalisasi UB.
Upaya mengatasi kendala cuaca melalui rumah kristalisasi garam tunnel bambu pun menemui kendala.
"Umur bambu yang terbatas dan kurang tahan lama menjadi kelemahan utama," paparnya.
Terobosan rangka galvalum dan continuously dynamic mixing
Metode "Continuously Dynamic Mixing" yang diciptakan Andi menghadirkan solusi dengan mengganti rangka bambu dengan rangka galvalum yang lebih tahan lama.
Desain konstruksi tunnel galvalum dibuat presisi, mudah dibongkar pasang, dan dipindahkan.
"Teknologi 'Continuously Dynamic Mixing' memungkinkan produksi garam tanpa terlalu tergantung pada faktor cuaca," ungkap Andi.
Paten dan hilirisasi
Metode inovatif ini telah diajukan paten dengan nomor S00202210897. Pendekatan baru dalam proses pengolahan garam ini menghasilkan garam berkualitas K1 (NaCl 95%) dan memenuhi standar garam industri.
Koperasi Pantai Cioleng Bahari dan Kugar Putera Pansela Cidahon di Kabupaten Cianjur Jawa Barat telah mengaplikasikan metode ini. Panen perdana garam berkualitas melalui "Continuously Dynamic Mixing" telah menunjukkan hasil yang positif.